Purwosari - Manganan adalah serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat. Manganan adalah tradisi pembersihan makam oleh masyarakat. Manganan merupakan rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur dan puncaknya berupa kenduri/selamatan di makam leluhur.
Di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari kabupaten Bojonegoro manganan dilaksanakan di 3 tempat. Di makam Simbah Gerit pada hari Jum'at pahing untuk Dusun Korgan dan Sambong. Di Sendang Mundu pada hari Jum'at Kliwon di Dusun Glagah. Di Mbah Ringin dan makam pada hari Jum'at Kliwon di Dusun Prayungan(5/6).
Warga masyarakat yang mengikuti manganan biasanya membawa nasi satu ambeng. Mereka dipimpin tokoh agama berdoa untuk leluhur yang telah meninggal. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri dan dilanjutkan manganan/makan bersama di lokasi. Namun kalau di makam rata - rata nasinya dibawa pulang."Kalau di makam nasinya dibuka, lalu dibungkus dibawa pulang,"ungkap Jaelan, Kasun Prayungan.
Biasanya mereka membawa tikar, datang dengan anak - anak. Mereka duduk diatas tikar. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti urap sayur, prekedel, tempe dan tahu bacem dan sebagainya. Mangan di Mbah Ringin karena tempatnya rindang."Enak mas, hawane sejuk," Suparno (28) warga Dusun Prayungan.
Manganan merupakan wujud penghormatan bagi leluhur. Manganan berasal dari tradisi Hindu-Budha. Kemudian Walisongo menyeleraskan dengan agama Islam. Kegiatan manganan diisi tahlil dan do'a.
Untuk manganan di makam Simbah Gerit dan Sendang Mundu sehabis manganan digelar acara wayangan. Wayangan dilakukan 2 kali yakni setelah Jum'atan hingga jam 4.30 Wib dan Jam 21.00 - 04.00 WIB.(SKR/Simbahgerit)
Di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari kabupaten Bojonegoro manganan dilaksanakan di 3 tempat. Di makam Simbah Gerit pada hari Jum'at pahing untuk Dusun Korgan dan Sambong. Di Sendang Mundu pada hari Jum'at Kliwon di Dusun Glagah. Di Mbah Ringin dan makam pada hari Jum'at Kliwon di Dusun Prayungan(5/6).
Warga masyarakat yang mengikuti manganan biasanya membawa nasi satu ambeng. Mereka dipimpin tokoh agama berdoa untuk leluhur yang telah meninggal. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri dan dilanjutkan manganan/makan bersama di lokasi. Namun kalau di makam rata - rata nasinya dibawa pulang."Kalau di makam nasinya dibuka, lalu dibungkus dibawa pulang,"ungkap Jaelan, Kasun Prayungan.
Biasanya mereka membawa tikar, datang dengan anak - anak. Mereka duduk diatas tikar. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti urap sayur, prekedel, tempe dan tahu bacem dan sebagainya. Mangan di Mbah Ringin karena tempatnya rindang."Enak mas, hawane sejuk," Suparno (28) warga Dusun Prayungan.
Manganan merupakan wujud penghormatan bagi leluhur. Manganan berasal dari tradisi Hindu-Budha. Kemudian Walisongo menyeleraskan dengan agama Islam. Kegiatan manganan diisi tahlil dan do'a.
Untuk manganan di makam Simbah Gerit dan Sendang Mundu sehabis manganan digelar acara wayangan. Wayangan dilakukan 2 kali yakni setelah Jum'atan hingga jam 4.30 Wib dan Jam 21.00 - 04.00 WIB.(SKR/Simbahgerit)
0 komentar :
Posting Komentar